Berikut ini adalah neraca saldo Bengkel Astrindo yang bergerak
pada bidang Otomotif per 31 Desember 2015.
Bengkel
Astrindo
NERACA
SALDO
Per 31
Desember 2015
Keterangan
|
Debit
|
Kredit
|
Kas
|
6.450.000
|
-
|
Surat Berharga
|
30.000.000
|
-
|
Piutang Dagang
|
7.500.000
|
-
|
Persekot Asuransi
|
2.400.000
|
-
|
Perlengkapan Bengkel
|
3.250.000
|
-
|
Peralatan Bengkel
|
25.000.000
|
-
|
Hutang Dagang
|
-
|
5.500.000
|
Modal, Astrindo
|
-
|
59.700.000
|
Penghasilan Bengkel
|
-
|
21.750.000
|
Biaya Sewa
|
1.800.000
|
-
|
Biaya Gaji
|
3.950.000
|
-
|
Biaya Telpon & Listrik
|
1.450.000
|
-
|
Biaya Lain-lain
|
2.400.000
|
-
|
Prive
|
2.750.000
|
-
|
Jumlah
|
86.950.000
|
86.950.000
|
Data dalam neraca saldo tersebut belum seluruhnya siap untuk
secara langsung di -cantumkan pada laporan keuangan karena adanya
informasi-informasi sebagai berikut :
1. Surat berharga berupa obligasi berbunga
18% per tahun, bunga dibayar tiap 6 bulan sekali dibelakang, tiap tanggal 1
Maret dan 1 September.
2. Ada gaji karyawan bulan Desember yang
belum dibayar Rp 450.000,-
3. Penghasilan Bengkel yang diterima dimuka
adalah sebesar Rp 500.000,-
4. Pada 31 Desember 2015 persekot asuransi
tinggal Rp 600.000,-
5. Kerugian piutang ditaksir sebesar 2%
dari saldo piutang dagang
6. Penyusutan peralatan bengkel ditetapkan
sebesar 10%
7. Perlengkapan Bengkel yang masih ada
digudang sebesar Rp 1.400.000,-
Diminta :
Membuat Jurnal Penyesuaian
Membuat Buku Besar “T”
Membuat Neraca Saldo Disesuaikan
1. Penghasilan diterima di muka
Apabila ada pendapatan yang sudah menjadi hak perusahaan tetapi
belum diterima pada periode yang bersangkutan, maka diperlukan penyesuaian
pembukuan untuk mengakui hak pendapatan tersebut.
Dalam contoh diatas penghasilan bunga obligasi diterima 6 bulan
sekali dibelakang tiap tanggal 1 Maret dan 1 September. Penghasilan bunga
September 2015 sampai Februari 2009 diterima pada 1 Maret 2009, sementara tutup
buku perusahaan tanggal 31 Desember 2015. Dengan demikian ada pendapatan yang
sudah menjadi hak perusahaan (4 bulan) yaitu bulan September, Oktober, November
dan Desember 2015. Besarnya hak tersebut adalah :
Penghasilan bunga = 4/12 x 18% x Rp 30.000.000,- = Rp 1.800.000,-
Penghasilan bunga yang sudah menjadi milik perusahaan sebesar Rp
1.800.000 tersebut sudah harus diakui sebagai Penghasilan Bunga, tapi
karena belum diterima uangnya maka dimasukkan ke dalam rekening Piutang
Bunga, dengan jurnal penyesuaian sebagai berikut :
Piutang
Bunga
Rp 1.800.000,-
Penghasilan
Bunga
- Rp 1.800.000,-
2. Hutang Gaji
Bila ada biaya-biaya yang sudah menjadi beban pada suatu periode
tetapi akhir periode belum dibayar, harus diakui sebagai beban biaya pada
periode tersebut, tapi karena belum dibayar maka diakui sebagai hutang biaya.
Pada contoh diatas adalah adanya gaji bulan Desember yang belum
dibayar sebesar Rp 450.000,-, maka harus diakui sebagai biaya gaji dengan
penyesuaian pembukuan sebagai berikut :
Biaya
Gaji
Rp 450.000,-
Hutang Gaji
- Rp 450.000,-
3. Pendapatan diterima dimuka
Seringkali konsumen memberikan uang muka untuk membayar barang
atau jasa yang dibutuhkan. Jika pada akhir periode barang/jasa yang dipesan
belum diserahkan, maka uang muka tersebut belum menjadi hak penghasilan periode
yang bersangkutan, dan harus diakui sebagai Hutang.
Dalam contoh tersebut ada penghasilan bengkel yang diterima di
muka sebesar
Rp 500.000,- maka penyesuaian pembukuannya adalah sebagai berikut
:
Penghasilan
Bengkel
Rp 500.000,-
Penghasilan Bengkel
Diterima dimuka
- Rp 500.000,-
4. Biaya Dibayar Dimuka (Persekot)
Kadang-kadang ada biaya yang harus dibayar dimuka, artinya
membayar biaya untuk beberapa bulan diawal transaksi, seperti premi asuransi.
Biaya tersebut untuk beberapa bulan, sehingga bila pada akhir suatu periode ada
biaya yang sudah dibayar tetapi sebenarnya untuk beban di tahun berikutnya,
beban itu masih dianggap sebagai biaya dibayar dimuka, sedang beban biaya yang
sudah dikonsumsi menjadi biaya.
Misalnya pada contoh diatas ada persekot asuransi per 31 Desember
2015 sebesar Rp 2.400.000,- ternyata yang benar-benar masih menjadi persekot
hanya Rp 600.000,- sehingga siasanya sebesar Rp 1.800.000,- sudah dinikmati
sebagai Biaya Asuransi. Jurnal penyesuaiannya adalah sebagai berikut :
Biaya
Asuransi
Rp 1.800.000,-
Persekot
Asuransi
- Rp 1.800.000,-
5. Kerugian Piutang
Piutang dagang timbul sebagai akibat perusahaan menjual barang
atau jasanya secara kredit. Penjualan kredit mengandung resiko yakni tidak
terbayarnya piutang tersebut (kredit macet). Apabila perusahaan selalu
menghadapi adanya piutang yang tidak tertagih, maka perusahaan harus
mencadangkan sejumlah tertentu piutang yang tidak bisa ditagih sebagai
kerugian.
Misalnya contoh di atas ditaksir kerugian piutang sebesar 2% dari
saldo piutang dagang, maka kerugian piutangnya adalah sebesar = 2% x Rp
7.500.000,- =
Rp 150.000,-.
Jurnal penyesuaian untuk mencatat hal tersebut adalah :
Kerugian
Piutang
Rp 150.000,-
Cadangan Kerugian Piutang
- Rp 150.000,-
6. Penyusutan
Semua aktiva tetap yang dimiliki perusahaan kecuali tanah
mengalami penurunan nilai. Perusahaan harus mengantisipasinya dengan
menyisihkan sebagian uangnya setiap periode agar pada saat aktiva tetap tidak
bisa dipakai (habis umur ekonomisnya), sudah tersedia dana untuk membeli aktiva
tetap baru sebagai pengganti. Penyisihan uang tersebut dinamakan penyusutan dan
diperlakukan sebagai biaya.
Dari contoh di atas peralatan bengkel disusutkan sebesar 10%,
sehingga besarnya penyusutan adalah = 10% x Rp 25.000.000,- = Rp 2.500.000,-.
Penyesuaian pembukuan yang dilakukan adalah sbb :
Biaya Penyusutan Peralatan Bengkel
Rp 2.500.000,-
Akumulasi Penyst. Peral
Sln
- Rp 2.500.000
7. Pemakaian Perlengkapan
Perlengkapan merupakan bahan-bahan habis pakai yang dibeli oleh
perusahaan dengan tujuan untuk digunakan sendiri. Biasanya perlengkapan dicatat
pada saat membeli saja sedangkan saat pemakaian perlengkapan tidak pernah dilakukan
pencatatan. Akibatnya saldo pada neraca saldo adalah sebesar harga beli selama
satu periode. Padahal karena perlengkapan selalu digunakan setiap saat, maka
pada akhir periode jumlah perlengkapan riil yang ada di gudang akan lebih
kecil. Selisih antara jumlah perlengkapan yang ada dineraca saldo dan yang
sesungguhnya ada yang harus dimasukkan sebagai biaya perlengkapan. Pencatatan
selisih tersebut harus melalui penyesuaian pembukuan.
Dari contoh diatas jumlah neraca saldo sebesar Rp 3.250.000,- dan
jumlah yang masih ada di gudang Rp 1.400.000,- sehingga selisihnya Rp
1.850.000,- sebagai biaya perlengkapan bengkel, dengan jurnal penyesuaian sbb:
Biaya
Perlengkapan Bengkel
Rp 1.850.000,-
Perlengkapan Bengkel
- Rp 1.850.000,-
Setelah jurnal penyesuaian diselesaikan, maka langkah selanjutnya
adalah menggabungkan neraca saldo awal dengan jurnal penyesuaian menjadi NERACA
SALDO DISESUAIKAN yang kemudian bisa disusun menjadi laporan keuangan.
Perusahaan
BENGKEL
Jurnal
Penyesuaian
Per 31
Desember 2015
|
|
|
|
|
|
Debet
|
Kredit
|
Des 2015
|
31
|
Piutang Penghasilan Bunga
|
1.800.000
|
-
|
|
|
Penghasilan Bunga
|
-
|
1.800.000
|
|
31
|
Biaya Gaji
|
450.000
|
-
|
|
|
Hutang Gaji
|
-
|
450.000
|
|
31
|
Penghasilan Bengkel
|
500.000
|
-
|
|
|
Penghs.Sln dirtm.Dimuka
|
-
|
500.000
|
|
31
|
Biaya Asuransi
|
1.800.000
|
-
|
|
|
Persekot Asuransi
|
-
|
1.800.000
|
|
31
|
Kerugian Piutang
|
150.000
|
-
|
|
|
Cad.Kerug.Piutang
|
-
|
150.000
|
|
31
|
Biaya Penys.Peralatan Bengkel
|
2.500.000
|
-
|
|
|
Akum.Penys.Peral.Bengkel
|
-
|
2.500.000
|
|
31
|
Biaya Perlengkapan Bengkel
|
1.850.000
|
-
|
|
|
Perlengkapan Bengkel
|
-
|
1.850.000
|
|
|
Total
|
14.700.000
|
14.700.000
|
|
|
|
|
|
Catatan :
Penghasilan Bunga = 4/12 x 18% x Rp 30.000.000,- = Rp 1.800.000,-
Persekot Asuransi = Rp 2.400.000 - Rp 600.000,- = Rp
1.800.000,-
Kerugian Piutang = 2% x Rp 7.500.000,- = Rp 150.000,-
Penyusutan Peralatan = 10% x Rp 25.000.000 = Rp 2.500.000,-
Biaya Perlengkapan = Rp 3.250.000 – Rp 1.400.000,- = Rp
1.850.000,-