Tuesday, March 29, 2016

Panduan KARANGAN DAN PENULISAN KARYA ILMIAH

K

arya ilmiah adalah laporan tertulis dan diterbitkan yang memaparkan hasil penelitian atau pengkajian yang telah dilakukan oleh seseorang atau sebuah tim dengan memenuhi kaidah dan etika keilmuan yang dikukuhkan dan ditaati oleh masyarakat keilmuan.

Ada berbagai jenis karya ilmiah, antara lain laporan penelitian, makalah seminar atau simposium, dan artikel jurnal yang pada dasarnya kesemuanya itu merupakan produk dari kegiatan ilmuwan. Data, simpulan, dan informasi lain yang terkandung dalam karya ilmiah tersebut dijadikan acuan bagi ilmuwan lain dalam melaksanakan penelitian atau pengkajian selanjutnya.

Di perguruan tinggi, khususnya jenjang S1, mahasiswa dilatih untuk menghasilkan karya ilmiah seperti makalah, laporan praktikum, dan skripsi (tugas akhir). Skripsi umumnya merupakan laporan penelitian berskala kecil, tetapi dilakukan cukup mendalam. Sementara itu, makalah yang ditugaskan kepada mahasiswa lebih merupakan simpulan dan pemikiran ilmiah mahasiswa berdasarkan penelaahan terhadap karya-karya ilmiah yang ditulis oleh para pakar dalam bidang persoalan yang dipelajari. Penyusunan laporan praktikum ditugaskan kepada mahasiswa sebagai wahana untuk mengembangkan kemampuan menyusun laporan penelitian.

Tujuan Karya Ilmiah

  • Sebagai wahana melatih mengungkapkan pemikiran atau hasil penelitiannya dalam bentuk tulisan ilmiah yang sistematis dan metodologis.
  • Menumbuhkan etos ilmiah di kalangan mahasiswa, sehingga tidak hanya menjadi konsumen ilmu pengetahuan, tetapi juga mampu menjadi penghasil (produsen) pemikiran dan karya tulis dalam bidang ilmu pengetahuan, terutama setelah penyelesaian studinya.
  • Karya ilmiah yang telah ditulis itu diharapkan menjadi wahana transformasi pengetahuan antara sekolah dengan masyarakat, atau orang-orang yang berminat membacanya.
  • Membuktikan potensi dan wawasan ilmiah yang dimiliki mahasiswa dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah dalam bentuk karya ilmiah setelah yang bersangkutan memperoleh pengetahuan dan pendidikan dari jurusannya.
  • Melatih keterampilan dasar untuk melakukan penelitian.

Manfaat Penyusunan Karya Ilmiah Bagi Penulis

  • Melatih untuk mengembangkan keterampilan membaca yang efektif.
  • Melatih untuk menggabungkan hasil bacaan dari berbagai sumber.
  • Mengenalkan dengan kegiatan kepustakaan.
  • Meningkatkan pengorganisasian fakta/data secara jelas dan sistematis.
  • Memperoleh kepuasan intelektual.
  • Memperluas cakrawala ilmu pengetahuan.
  • Sebagai bahan acuan/penelitian pendahuluan untuk penelitian selanjutnya.

Kerangka Karangan

Kerangka karangan adalah rencana teratur tentang pembagian dan penyusunan gagasan. Kerangka karngan yang belum final di sebut outline sementara sedangkan kerangka karangan yang sudah tersusun rapih dan lengkap di sebut outline final.

Sebelum membuat kerangka karangan perlu kita susun selangkah agar tujuan awal kita dalam menulis tidak hilang atau melebar di tengah jalan.karangka karangan menguraikan tiap topik atau masalah menjadi beberapa bahasan yang lebih fokus dan terukur.kerangka belum tentu sama dengan daftar isi,atau uraian per bab.Kerangka ini merupakan catatan kecil yang sewaktu-waktu dapat berubah dengan tujuan untuk mencapai tahap yang sempurna.

Manfaat kerangka karangan

  • Kerangka karangan akan mempermudah pengarang menuliskan karangannya,dan dapat mencegah pengarang mengolah suatu ide sampai 2 kali,serta mencegah pengarang keluar dari sasaran yang telah di tetapkan.
  • Kerangka karangan akan membantu pengarang mengatur atau menempatkan klimaks yang berbeda-beda di dalam karangannya.
  • Bila kerangka karangan telah tersusun rapi,berarti separuh karangan sudah “selesai” karena semua ide sudah dikumpul,dirinci dan diruntun dengan teratur.pengarang tinggal menyusun kalimat-kalimat saja untuk “membunyikan” ide dan gagasannya.
  • Kerangka karangan merupakan miniatur dari keseluruhan karangan.melalui kerangka karangan ,pembaca dapat melihat intisari ide serta struktur suatu karangan.
Nah setelah itu baru kita buat ketangka karya ilmiahnya. Kerangka karya ilmiah terdiri dari
  1. Judul
  2. Lembar Pengesahan
  3. Abstrak/Ringkasan
  4. Kata Pengantar
  5. Daftar Isi
  6. Daftar Tabel
  7. Daftar Gambar
  8. Daftar Lampiran
  9. Daftar Istilah dan atau Daftar Singkatan
  10. BAB I Pendahuluan (latar belakang, identifikasi masalah, maksud dan tujuan, kegunaan penelitian, kerangka pemikiran)
  11. BAB II Tinjauan Pustaka
  12. BAB III Bahan dan Metode Penelitian (bentuk penelitian, subjek penelitian, ukuran sampel, definisi operasional, variabel penelitian, prosedur penelitian, cara pemeriksaan/pengukuran, analisis data, tempat dan waktu penelitian, jadwal penelitian, alur penelitian)
  13. BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
  14. BAB V Kesimpulan dan Saran
  15. Daftar Pustaka
  16. Lampiran
Dalam penyusunan karya ilmiah terdapat lima tahap antara lain :
  1. Tahap Persiapan
  2. Tahap Pengumpulan data
  3. Tahap Pengorganisasian
  4. Tahap Pemeriksaan/ penyunting konsep
  5. Tahap Penyajian

1. Tahap Persiapan

Dalam tahap persiapan dilakukan:

Pemilihan masalah atau topik dan mempertimbangkan.
  • Topik yang akan di pilih harus ada di sekitar penulis.
  • Topik yang di gunakan merupakan topik paling menarik.
  • Pembahasan harus terpusat pada segi lingkup sempit dan terbatas.
  • Memilki data dan fakta yang obyektif serta mencukupi.
  • Harus diketahui prinsip-prinsip ilmiahnya meskipun sedikit.
  • Harus memiliki sumber acuan atau bahan kepustakaan yang bisa dijadikan referensi.
  • Pembatasan topik atau penentuan judul.
Pembatasan topik harus dilakukan sebelum penulisan karya ilmiah dilakukan.
  • Penentuan judul dapat dilakukan sebelum penulisan karya ilmiah atau setelah selesai penulisan karya ilimiah tersebut.
  • Penentuan judul karya ilmiah harus dapat menjawab dari pertanyaan yang mengandungunsure 4W + 1H yakni what (apa), why (kenapa), who (siapa), where (dimana) dan how (bagaimana).
Pembuatan kerangka karangan (outline)
  • Membimbing untuk memulai menyusun kerangka karangan.
  • Membuat pedoman penulisan karya ilmiah sehingga tidak menjadi tumpang tindih dalam penulisannya.
  • Pembuatan rencana daftar isi dari karya ilmiah.

2. Tahap Pengumpulan Data

  • Pencarian keterangan dari bahan bacaan atau referensi.
  • Pengumpulan keterangan dari pihak-pihak yang mengetahui masalah yang akan dijadikan tema dalam karya ilmiah.
  • Pengamatan langsung (observasi) ke obyek yang akan diteliti dan dijadikan tema dari karya ilmiah.
  • Melakukan percobaan dilabolatorium atau pengujian data di lapangan.

3. Tahap Pengorganisasian

  • Pengelompokan bahan untuk mengorganisasikan bagian mana yang akan temasuk dalam karya ilmiah, data yang telah terkumpul diseleksi kembali lalu dikelompokan sesuai jenis, sifat dan bentuk data.
  • Pengkonsepan karya ilmiah dilakukuan sesuai dengan urutan dalam kerangka karangan yang telah ditetapkan.

4. Tahap Pemeriksaan atau Penyuntingan Konsep (Editing)

Tahap ini bertujuan untuk :
  • Melengkapi data yang dirasa masih kurang.
  • Membuang dan mengedit data yang dirasa tidak relevan serta tidak cocok dengan pokok bahasan karya ilmiah.
  • Mengedit setiap kata-kata dalam karya ilmiah untuk menghindari penyajian bahan-bahan secara berulang-ulang atau terjadi tumpang tindih antara tulisan satu dengan tulisan yang lain.
  • Mengedit setiap bahasa yang ada dalam karya ilmiah untuk menghindari pemakaian bahasa yang kurang efektif, contoh dalam penyusunan dan pemilihan kata, penyesuaian kalimat, penyesuaian paragraph, maupun penerapan kaidah ejaan sesuai EYD

5. Tahap Penyajian

Teknik penyajian karya ilmiah harus dengan memperhatikan :
  • Segi kerapian dan kebersihan.
  • Tata letak (layout) unsure-unsur dalam format karya ilmiah, misal pada halaman pembuka, halaman judul, daftar isi, daftar tabel, daftar grafik, daftar gambar, daftar pustaka, dll.
  • Memakai standar yang berlaku dalam penulisan karya ilmiah, missal standar penulisan kutipan, catatan kaki, daftar pustaka dan penggunaan bahasa sesuai dengan EYD.

Facebook  Twitter  Google+ Instagram

kelebihan , kelemahan dan Manfaat menggunakan OOP



OOP memiliki beberapa keuntungan dalam pemrograman, di antaranya:



  •  OOP menyediakan struktur modular yang jelas untuk program sehingga OOP sangat bagus digunakan untuk mendefinisikan tipe data abstrak di mana detil implementasinya tersembunyi.


  • OOP akan mempermudah dalam memaintain dan memodifikasi kode yang sudah ada. Objek yang baru dapat dibuat tanpa mengubah kode yang sudah ada.


  • OOP menyediakan framework untuk library kode di mana komponen software yang tersedia dapat dengan mudah diadaptasi dan dimodifikasi oleh programmer. Hal ini sangat berguna untuk mengembangkan GUI (Graphical User Interfaces).
  • Hemat dalam penulisan. Dalam pemrograman prosedural, penggunaan kode2 untuk operasi yang sama bisa sangat melelahkan (bikin tangan capek euy :) ), tetapi jika dengan oop, operasi-operasi yang sama tersebut bisa dikurangi dengan menggunakan fungsi-fungsi. Jadi, dengan membuat satu fungsi, kita kemudian bisa menggunakannya berkali-kali. Jauh lebih nyaman kan?


  • Deteksi Error. Tidak ada yang sempurna di dunia ini, apalagi itu program buatan manusia. Pasti ada errornya. Kalau di prosedural, kita harus mendeteksi error ini berdasarkan error line tetapi yang menjadi adalah error terjadi mungkin bisa karena konflik antar operasi, alur yang salah, dll..Nah di prosedural, hal ini berarti kita harus menceknya satu persatu. Jika line errornya di line 40 bisa saja kita harus mencek line 30-39 atau mungkin lebih. Dengan oop, dimana operasi-operasi dibedakan berdasarkan class dan fungsi, kita hanya mencari fungsi-fungsi yang saling berkaitan, dan tentunya hal ini akan jauh lebih menghemat waktu.


  • Update. Mungkin suatu saat kita ingin mengupdate aplikasi kita, dengan prosedural caranya gmn? Yah ganti aja semua kode selesai masalah :) . Dengan oop, kita bisa melakukannya dengan mengganti beberapa class atau mungkin bisa hanya dengan mengganti satu class. Bagaimana bisa? Jika kita menggunakan sistem pemrograman dengan menggunakan inheritance (pewarisan), kita hanya perlu mengganti class induk, contoh: class b,c,d semuanya merupakan turunan dari class a, jadi jika kita ingin mengupdate program kita, kita hanya perlu merubah class a ini, sedangkan class b,c,d pasti akan langsung mengikuti perubahan tersebut.


  • Loading. Ide ini didapet waktu baca bukunya google, yaitu google hebat dalam programnya karena google mampu memotong-motong bagian program menjadi kecil-kecil sehingga dapat memangkas waktu loading menjadi lebih cepat. Dengan adanya konsep oop ini, tentunya hal ini tidak mustahil dilakukan, yaitu dengan cara membagi-nya berdasarkan class dan fungsi.



Sedangkan beberapa kelemahan OOP antara lain adalah sebagai berikut:
1. Tidak memperbolehkan implementasi yang kuat pada reuse
2. Properti software tidak terikat dalam satu unit fungsional, sehingga harus
    crosscut di antara komponennya.
3. Crosscut tersebut mengakibatkan sulitnya pengembangan dan pemeliharaan.


Facebook  Twitter  Google+ Instagram

Contoh Artikel Ilmiah


PENINGKATKAN MINAT BACA SISWA SEKOLAH DASAR


MELALUI


CLASSROOM READING PROGRAM


Oleh : R.Ahmad Sarjita


ABSTRAK



R.Ahmad Sarjita : “ Penerapan Classroom Reading Program untuk meningkatkan minat membaca dan hasil belajar pada siswa kelas VI SD Negeri 1 Kalibeber Kecamatan Mojotengah, Kabupaten Wonosobo Semester I Tahun Pelajaran 2011 – 2012.”.


Kata Kunci : “ Penerapan Classroom Reading Program, minat membaca, hasil belajar dan siswa kelas VI SD Negeri 1 Kalibeber.”


Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang penerapan classroom reading program meningkatkanminat membaca dan hasil belajar pada siswa kelas VI SD Negeri I Kalibeber, Kecamatan Mojotengah, Kabupaten WonosoboSemester I Tahun 2011. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian tindakan kelas. Jumlah siswa yang dijadikan subyek penelitian 40 siswa.


Tulisan ini bertolak dari introspeksi yang peneliti lakukan setelah melakukan analisis hasil ulangan formatif yang diperoleh siswa VI. Dari hasil analisis nilai ulangan formatif diketahui bahwa tingkat kesalahan siswa dalam menjawab soal – soal isian singkat dan uraian menjadi penyumbang terbesar terhadap tidak tercapainya kriteria ketuntasan minimal. Dari hasil study dokumen pada pengunjung dan peminjam buku di perpustakaan serta hasil survey tentang minat siswa dalam membaca dapat diketahui bahwa minat membaca siswa kelas VI sangat rendah. Peneliti menyimpulkan bahwa rendahnya minat membaca pada siswa berdampak pada rendahnya tingkat pemahaman terhadap isi bacaan. Sehingga sangat mungkin siswa sulit memahami soal – soal isian dan uraian.


Dari introspeksi diatas, maka penulis berkeinginan untuk mencoba meningkatkan minat membaca dan hasil belajar melalui tindakan dengan menerapkan classroom reading program. Adapun langkah – langkah classroom reading programtersebut adalah ; 1) Mengadakan perpustakaan kelas dengan melibatkan anak dalam mengelola buku – buku di perpustakaantersebut. 2) Menggunakan buku - buku bacaan sebagai tambahan refensi dalam proses pembelajaran. 3) Menciptakan kegiatan membaca kreatif untuk menghasilkan apa yang telah dibaca siswa.

Melalui penelitian tindakan kelas dapat diketahui bahwa penerapan classroom reading program memiliki dampak positif dalam meningkatkan minat membaca dan hasil belajar pada siswa kelas VI SD Negeri I Kalibeber Semester I Tahun 2011-2012. Hal ini dapat dilihat dari semakin meningkatnya nilai ulangan formatif dan meningkatnya jumlah kunjungan dan peminjaman buku oleh siswa di perpustakaan. Hasil survey yang dilakukan oleh peneliti terhadap minat membaca juga menunjukkan peningkatan yang signifikan. Secara klasikal minat membaca dan hasil belajar terjadi peningkatan dari kondisi awal, Siklus I dan Siklus II masing – masing 25 %, 66,37% dan 75,07%. Pada siklus II secara klasikal tercapai.


Pendahuluan

Membaca adalah hal yang sangat penting dalam memajukan setiap pribadi manusia maupun suatu bangsa. Dengan membaca, kita dapat memperluas wawasan dan mengetahui dunia. Namun sebuah persoalan membaca yang selalu mengemuka, terutama di kalangan pelajar, adalah bagaimana cara menimbulkan minat dan kebiasaan membaca. Banyak negara berkembang memiliki persoalan yang sama, yaitu kurangnya minat membaca di kalangan masyarakat

Dari pengamatan penulis di kelas ketika diberi pelajaran bahasa Indonesia khususnya membaca terlihat 50 % siswa tidak tertarik, acuh tak acuh, beberapa siswa selalu bercakap-cakap dengan teman sebangkunya, sebagian besar siswa gaduh, dan bacaan baru selesai dalam waktu yang cukup lama. Diajukan pertanyaan, semua diam, sibuk membaca kembali teks, jawaban siswa tidak mencapai sasaran. Ketika diberikan tes uraian siswa cenderung menjawab ngawur, tidak nyambung dengan yang ditanyakan.


Dari hasil study dokumentasi analisis penilaian 5 mata pelajaran ( PKn, Bahasa Indonesia, Matematika, IPA dan IPS) khususnya untuk soal – soal uraian yang memerlukan pemahaman, lebih dari 50 % siswa kelas VI mendapatkan nilai di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Dari study dokumentasi analisa hasil penilaian pada kegiatan latihan ulangan tengah semester diperoleh data tingkat kebenaran menjawab soal – soal pilihan ganda, isian singkat dan uraian, diperoleh perbadingan sebagai berikut ; 1) Mata Pelajaran PKn, 67%, 30% dan 20% ; 2) Bahasa Indoensia, 70%, 40% dan 40% ; 3) Matematika, 62%, 40% dan 20% ; 4) Ilmu Pengetahuan Alam, 80%, 50%, dan 40% ; 5) Ilmu Pengetahuan Sosial, 72%, 50% dan 40%.

Faktor Penyebabnya adalah.


Keterampilan membaca untuk memahami bentuk-bentuk tertulis merupakan hal yang mendasar dan sangat diperlukan siswa dalam kegiatan belajarnya. Kemampuan ini tidak hanya untuk mempelajari mata pelajaran yang bersifat eksak, mata pelajaran noneksak pun sangat memerlukannya. Mata pelajaran noneksak pada umumnya disajikan secara ekspositoris dan panjang-panjang.


Bila siswa tidak mampu memahaminya secara baik, maka materi yang disajikan terasa berat dan efek lebih jauh muncul perasaan bosan untuk mempelajari materi-materi pelajaran. Minat baca siswa cenderung menurun, kegiatan membaca tidak variatif, tidak ada tindak lanjut atau hanya asal membaca, ruang baca/ perpustakaan terpisah dengan ruang kelas, buku yang tersedia tebal dan miskin ilustrasi.

Dampak Negatif Rendahnya Minat Membaca pada Siswa.


Lemahnya tingkat kemampuan membaca pemahaman siswa merupakan kendala untuk mendapatkan nilai yang memuaskan, apalagi bila metode pembelajaran yang diterapkan guru kurang tepat, hal ini akan membuat nilai hasil belajar siswa semakin terpuruk berada jauh di bawah batas ketuntasan. Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa tingkat kemampuan membaca pemahaman para siswa di sekolah dasar perlu mendapatkan perhatian serius. Salah satu cara agar siswa memiliki kemampuan membaca tinggi maka kebiasaan membaca perlu ditingkatkan. Siswa dapat meningkat kemampuannya jika minat membaca tumbuh dan berkembang pada diri siswa. Penulis memaparkan kegiatan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan minat membaca melalui program membaca di kelas (Classroom Reading Program)

Strategi Tiga Langkah Menerapkan Program Membaca di Kelas (Three steps to implement a program to read inclass )


Menurut kamus Bahasa Inggris Drs Sandy Putra mengartikan istilah Classroom berarti ruang kelas atau ruang belajar di suatu sekolah, kata Raeading berarti membaca dan Program berarti rencana atau daftar kegiatan, jika digabungkan tiga kata tersebut menjadi Classroom Reading Program yang berarti Program Membaca di Kelas. Pada program ini Classroom Reading Program diartikan program membaca di kelas.


Classroom Reading Program adalah sebuah program untuk meningkatkan minat dan kemampuan membaca pada siswa sekolah dasar. Classroom Reading Program pertama dikenalkan di Indonesia pada awal tahun 2010 melaui Program membaca di kelas oleh DBE 2 USAID. Di Indonesia program ini disebut “ Program Membaca di Kelas.” (modulClassroom Reading Program, 2010).


Dalam menjalankan kegiatan Classroom Reading Program memiliki tiga langkah yang disebut (Three steps to implement a program to read in class ) yaitu ; 1) Mengenalkan buku, kegiatan bisa dilakukan guru dengan melibatkan siswa mengenal, memanfaatkan, merawat dan menentukan aturan – aturan penggunaan buku – buku di dalam kelas. 2) Mengembangkan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan/ buku – buku bacaan yang tersedia di dalam kelas. Penggunaan buku tidak terpancang pada buku materi pelajaran tetapi buku – buku bacaan yang sudah dikelompokan ke dalam mata pelajaran ; 3) Menciptakan kegiatan membaca yang dapat meningkatkan kreatifitas siswa.

Meningkatkan Minat Baca Melalui Classroom Reading Program.


Classroom Reading Program adalah program membaca di kelas yang sistimatis dan terstruktur yang sangat mudah diterapkan guru di dalam kelas. Program membaca di kelas dirancang dan disesuaikan dengan Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan. Aktiftas yang dilakukan merangsang siswa berfikir tingkat tinggi. Alat peraga yang digunakan sederhana, mudah didapat dan dekat dengan lingkungan anak. Adapun bagaimana program dijalankan, dibawah ini secara rinci penulis sajikan secara urut.


1. Tahap I Mengenalkan buku.


Pada kegiatan ini siswa diajak mendiskusikan tentang prosedur perawatan buku. Kegiatan awal yang bisa melibatkan siswa ketika sekolah menerima atau membeli buku baru adalah iventarisasi, memberi sampul, membanguntata tertib, memecahkan masalah yang berkaitan dengan pelanggaran tata tertib, mempromoswikan buku, melakukan survey awal minat membaca siswa, memulai membaca ringan dengan berpasangan dan mencoba meminjam buku bacaan dengan menulis buku pinjaman.


2. Tahap II Menggunakan buku – buku bacaan untuk diintegrasikan paga Kegiatan Pembelajaran dan Kegiatan Pembiasaan di Sekolah.


a. Menggunakan buku – buku bacaan sebagai referensi dan penunjang materi pada kegiatan belajar mengajar

Pada kegiatan ini guru bersama siswa mengklasifikasi jenis buku – buku bacaan berdasarkan kelompok mata pelajaran diantarannya kelompok agama dan budhi pekerti, kelompok pengetahuan alam, kelompok sosial dan seni budaya, kelompok bahasa dan kelompok matematika.


Setelah selesai mengelompokkan kegiatan selanjutnya adalah menggunakan buku – buku tersebut untuk referensi pembelajaran dan menjadi materi pembahasan dalam diskusi – diskusi siswa selama proses kegiatan belajar mengajar. Siswa bisa menggunakan buku – buku sesuai dengan selera namun tetap pada kelompok mata pelajaran tertentu sesuai jadwal.

Agar kegiatan ini dapat membawa siswa dalam situasi belajar maka pembelajaran dirancang menggunakan model pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAKEM). Perangkat pembelajaran harus dipersiapkan secara rinci, lengkap, murah, dekat dengan liongkungan dan menantang imajinasi siswa. Supaya bisa diukur keberhasilannya, setiap pembelajaran harus mengahsilkan produk belajar, meskipun tidak berupa nilai.

Implementasi pembelajaran dilaksanakan menggunakan skenario yang membuat siswa memncapai tingkat kognisi tertinggi yaitu tingkat menciptakan sejalan dengan teori belajat Taxonomi Bloom. Kognisi tingkatan tertinggi dalam kegiatan membaca adalah ketika siswa berhasil menciptakan bentuk atau sesuatu yang dapat ditunjukkan sebagai hasil karya tertinggi waktu selesai pembelajaran.


b. Menggunakan buku – buku bacaan untuk kegiatan pembiasaan di sekolah.

Kegiatan membaca bisa dibuat menjadi agenda rutin sekolah contohnya membaca hening berkesinambungan( Sustained Silent Readin). Kegiatan ini bisa dilakukn satu atau dua kali dalam satu minggu. Waktu yang bisa dimanfaatkan misalnya setelah upacara bendera hari Senin atau setelah melakukan kegiatan senam pagi di sekolah. Waktu yang dibutuhkan 10 – 15 menit. Pelaksanaannya semua guru, kepala sekolah karyawan dan siswa melakukan kegiayan membaca bersama. Kegiatan ini orang tua siswa juga diminta untuk membangun kegiatan membaca dirumah. Jadwal kegiatan, jenis-jenis kegiatan yang diminta.


Kegiatan pembiasaan yang lain adalah terciptanya budaya piket mengelola perpustakaan mini didalam kelas. Kegiatan ini meliputi pelayanan kepada teman yang pinjam buku, pencatatan buku – buku administrasi perpustakaan, ketertiban menata buku – buku dan bertanggungjawab terhadap masalah – masalah tentang pengelolaan perpustakaan.

3. Tahap III Menciptakan kegiatan membaca yang dapat meningkatkan kreatifitas siswa.


Membaca akan membosankan jika siswa tidak diberi tantangan, membaca juga akan lebih hidup jika selesai membaca siswa dapat menyimpulkan dan mewujudkan dari apa yang sudah dibaca. Untuk itu perlu diciptakan kegiatan membaca yang merangsang tumbuhnya ide – ide siswa. Beberapa point yang harus di ingat adalah tujuan pengadaan buku di dalam kelas adalah untuk memberikan akses kepada siswa agar dapat membaca buku dengan mudah. Tentu saja hal ini banyak tantangannya. Sehingga sangat penting untuk selalu mengacu pada tata tertib penggunaan buku yang telah di bahas sebelumnya.


Kegiatan selanjutnya adalah melibatkan siswa untuk mengelola perpustakaan mini di dalam kelas. Kegiatan ini melibuti, inventarisasi buku, catatan peminjaman dan jurnal membaca harian. Yang tidak kalah penting adalah kegiatan piket kerja dalam mengelola perpustakaan.


Untuk lebih menguatkan budaya baca bagi siswa perlu kiranya melibatkan orang tua. Kegiatan tersebut bisa berupa menciptakan budaya baca di rumah, mengadakan bazar buku, pameran buku, lomba – lomba yang berkaitan dengan program membaca.


Hasil yang dicapai dari penerapan Classroom Reading Program

Dari hasil Penerapan classroom reading program yang pernah dicobakan oleh penulis pada siswa kelas VI SD Negeri I Kalibeber Semester I Tahun 2011-2012, memiliki dampak positif dalam meningkatkan minat membaca dan hasil belajar. Hal ini dapat dilihat dari semakin meningkatnya nilai ulangan formatif dan meningkatnya jumlah kunjungan dan peminjaman buku oleh siswa di perpustakaan. Hasil survey yang dilakukan oleh penulis terhadap minat membaca juga menunjukkan peningkatan yang signifikan. Secara klasikal minat membaca dan hasil belajar terjadi peningkatan dari kondisi awal, kegiatan pertama dan kegiatan ke dua masing – masing 25 %, 66,37% dan 75,07%. Pada kegiatan ke dua secara klasikal penigkatan minat membaca dan hasil belajar siswa tercapai.

Simpulan
Jika program membaca di kelas bisa dilakukan guru secara rutin, manfaat yang dapat diperoleh adalah; a) Kreatifitas guru dalam mengembangkan pembelajaran meningkat dan berkualitas ; b) Meningkatkan minat membaca dan kualitas hasil belajar siswa, c) dari perubahan lingkungan kelas adalah tersedianya sumber belajar yang berupa buku bacaan tersedia di kelas.

Saran – saran
Penerapan Classroom Reading Program diperlukan persiapan yang cukup matang, sehingga guru harus mempelajari lebih detil tentang program ini.
Classroom Reading Program hendaknya diterapkan melalui integrasi dalam proses belajar mengajar dan kegiatan pembiasaan di sekolahi sampai benar – benar merubah kebiasaan membaca menjadi budaya membaca.
Guru hendaknya lebih sering melatih siswa dengan kegiatan membaca kreatif atau membaca yang menghasilkan penemuan meskipun hanya dalam bentuk yang sederhana, sehingga diharapkan siswa dapat menemukan sendiri pengetahuan baru, memperoleh konsep dan keterampila


DAFTAR PUSTAKA

Ambary, Abdullah, dkk. 1999. Penuntun Terampil berbahasa Indonesia dan Petunjuk guru. Bandung: Trigenda Karya.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Bandung: Reneksa Cipta.
Arixs. 2006. Enam Penyebab Rendahnya Minat Baca. TOKOH, Bacaan Wanita dan Keluarga. Senin, 29 Mei 2006..
Baderi, H. A. 2005. Meningkatkan Minat Baca Masyarakat melalui Suatu Kelembagaan Nasional, Wacana ke Arah Pembentukan Sebuah Lembaga Nasional Pembudayaan Masyarakat Membaca. Orasi Ilmiah Pengukuhan Pustakawan Utama. Jakarta: Perpustakaan Nasional Republik Indonesia.
Bunyamin, A. 9 Juli 2007. Membangun Peradaban Buku. (Diakses tanggal 28 Juli 2007).
DBE 2 – USAID 2010. Modul Pelatihan Program membaca. Jakarta: USAID
Depdiknas 2004, Kurikulum 2004, Jakarta, Depdiknas.
Dana, D. 2007. Meningkatkan Minat Baca Anak Sekolah Minggu. PEPAK (Pusat Elektronik Pelayanan Anak Kristen), 24 Januari 2007.
Dyah, I. 200VI. Minat Baca Warga Jakarta Rendah. Tempointeraktif, Jumat, 28 Juli 200VI.
Elin. 2007. Tanamkan Minat Baca Sejak Dini. (http://www.kotabogor.go.id).
Gilbert A. Churchil.1991. Marketing Research Metodological Foundations. New York: The Dryden Press.
Harisiati, Titik. 1999. Penelitian Tindakan Sebagai Aplikasi Metode Ilmiah dan Pemecahan Masalah Pembelajaran bahasa Dalam Seminar FPBS IKIP Malang.
Imam Syafi’ie & Imam Machfudz. 1992. Pandai Berbahasa Indonesia . Jakarta: Media Wiyata SMG
KOMPAS, Desember 2006. Jenjang Pendidikan Dasar, Rendahnya Minat Baca Siswa.Jumat25Juni2004. (Republika Online, www.republika.co.id, diakses tanggal 14 Nopember 2007).

Facebook  Twitter  Google+ Instagram